Kamis, 13 Juni 2013

KEHIDUPAN

Hidup adalah nafas , Nafas adalah keharusan . kehidupan tanpa bernafas itu suatu hal yang mustahil untuk tidak kita lakukan. Hidup juga adalah perjuangan dimana banyak rintangan yang selalu menantang didepan tak kala itu susah ataupun mudah , kita pasti akan bertemu hal tersebut karena kita hidup. Hidup tidak ada pengecualian hal yang relevan, abstrak dan Dejavu pasti selalu pernah kita rasakan entah kau merasakan dengan seseorang yang kau cintai ataupun sahabat yang kau sayangi. memang sesuatu hal yang membingungkan terkadang kita tak bisa menghitung secara matematis apa yang kita dapat namun ini inilah kehidupan, dimana udara dihisap lewat saluran pernafasan dan menyongsong ke dalam tubuh untuk bertemu dengan sang paru-paru. begitu juga cinta hal yang tabu namun pasti semua makhluk hidup dapat merasakannya, cinta itu rasa , cinta itu manusiawi dan cinta itu syahdu. mengapa? coba anda tanya diri anda sendiri ketika anda merasakan cinta? anda pasti tau jawabannya. cinta adalah obat , uang , semangat , dan kehidupan. kita hidup butuh rasa kasih sayang dan rasa melengkapi itu semua ada dalam cinta. cinta juga motivasi ketika dapat tertawa menangis dalam suka dan duka bersama mengingat hal dalam kemesraan dengan orang yang kita cintai manisnya melebihi madu , indahnya melebihi pelangi dan hangatnya seperti api unggun yang selalu menghadirkan kehangatan, hanya orang yang tau apa itu cinta yang dapat menjaga dan tidak mematahkan apa itu cinta.

Selasa, 11 Juni 2013

Mr. Ice Cream




Ini sudah mangkuk es krim kedua yang aku lahap malam itu, tak peduli aku sudah dua jam duduk di kedai ini. Pelayan tua kedai itu kadang sesekali memalingkan tatapannya dari Koran pagi harinya kearah ku. Mungkin dia pikir aku kurang waras, di cuaca sedingin ini dan sedang hujan deras diluar sana, ada gadis yang masih menikmati es krim sampai mangkuk kedua, tenang saja pak tua gumam ku dalam hati mungkin akan ada mangkuk yang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Aku tak peduli.

Hap, sendok demi sendok aku nikmati, tatapanku hanya menatap kosong pada suatu titik sembarang di sudut kedai itu. kenangan demi kenangan aku putar di pelupuk mataku, seperti komedi putar yang sedang memutar scene demi scene. Membuat hati ini campur aduk dan sedikit sesak. Me-rewind semua rutinitas gila makan es krim ini dari mana asalnya, kalo bukan dari dirinya. 
***

3 tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama

Wajahnya yang sedikit pucat dan tirus, rambut nya yang agak panjang, sedikit berantakan, dia tersenyum menatap ku penasaran, menunggu pendapatku tentang rasa es krim yang barusan aku cicipi.

“Gimana?” tatapnya penasaran, air mukanya mulai serius melihat ekspresiku yang mengerutkan dahi seperti ada yang salah dengan es krim yang kumakan. 

“Tunggu!” jawabku sambil memutar mata seolah berfikir serius mendikripsikan Sesuatu yang sedang lumer dilidahku, lalu ku coba sesendok lagi, sok-sokan lagaku seperti tester sejati. 

“Enaak !!” Seru ku.

Dia tersenyum kecil dan menjewer pipiku, protes melihat ekspresi ku yang menipu. Aku lantas mengerenyit sambil mengusap pipiku yang dijewernya.

Ya, Dialah Keylan. Key dan Aku pertama kali bertemu di laboratorium praktikum kimia dasar, Dia yang mengembalikan modul praktikumku yang tertinggal di laboratorium. Disitulah kami berkenalan, dia sebenarnya seniorku di kampus, usianya terpaut dua tahun lebih tua dari umurku.

Key mengambil cuti selama satu tahun di awal perkuliahan oleh sebab itu ia sering meminjam buku catatanku untuk mengejar ketinggalannya. Sebagai imbalan nya Key sering mentaktirku es krim. Berawal dari sebuah catatan dan secorong es krim di kantin kampus-lah pertemanan kami semakin akrab.

Key dan aku adalah sosok manusia yang mempunyai hobi yang bisa dibilang terbalik, Key adalah cowok dengan hobi membuat cake atau makanan manis. Sedangkan aku adalah cewek dengan hobi nonton sepak bola dan nonton serial kartun Kapten Tsubatsa. Terbalik bukan?

Mr. ice cream adalah panggilanku untuknya. Cowok berbadan kurus dan tinggi ini bisa di bilang addicted dengan es krim seperti sesuatu yang tak bisa di pisahkan. Karena hobi dan mimpinya ingin mempunyai usaha di bidang kuliner itu, Key mengambil Cooking Class khusus membuat pastry. Key termasuk golongan cowok yang cool dan tak banyak bicara, Terkadang Key tidak bisa ditebak serta penuh kejutan.

Sore itu, Key dengan sengaja menculikku dari kampus, Key mengajakku berkunjung ke kedai es krim yang konon katanya sudah ada sejak jaman kolonial belanda. dan aku percaya itu, karena bangunan kedai itu sudah tua, interior kedai itu pun terlihat seperti di museum–mesueum sejarah, seperti meja kasir dan pintu yang sedikit tinggi terbuat dari kayu oak yang berpelitur, mesin kasir nya pun antik dengan type model tua, disisi sebelah kiri kedai terdapat roti-roti yang masih hangat terpajang dalam etalase tua, Demikian juga alat penimbangan kue yang sudah tua, bahkan pelayan nya pun tak ada yang muda, semua tua. 

Key bercerita sambil menerawang kearah langit-langit, kalo dia sering makan es krim disini ketika masih kecil bersama ibunya. Ia menceritakan kesukaannya terhadap tempat ini dan kegemaran nya makan es krim, alasan dirinya suka sekali makan es krim karena ibunya pernah mengatakan bahwa makanan yang manis itu bisa mengobati patah hati dan bad mood. 

Aku hanya menatap wajahnya yang masih sedikit pucat dan mendengarkannya dengan setia karena antusias dengan apa yang ia lakukaan atau ia ceritakan. 

“Semua orang hampir menyukai es krim bukan?” dia menatap ku lagi. Sialnya aku tertangkap mata karena menatapnya lamat-lamat, aku memalingkan wajah dan menyibukan diri dengan mengambil roti tanpa isi dan ku jejali roti itu dengan es krim tutti fruiti-ku.

“Termasuk kamu yang rakus, makan es krim sama roti” protes nya sambil tertawa kecil melihat kelakuanku melahap roti isi es krim.

“ini Enaaak, coba deh Key” sambil menyodorkan roti isi eskrim kepadanya sebagai upaya mengkamufalse salah tingkahku barusan. Key lantas mencoba mengunyahnya dengan lahap, lalu tersenyum lagi tanda setuju kalo itu kombinasi yang enak. 

“yeee, enak kan, sekarang Key ketularan rakus” aku tertawa puas. Dan key menjewer pipiku lagi. Kami pun kembali tertawa riang. 

Mungkin, para pengunjung di kedai itu, melihat Aku dan Key seolah pasangan kekasih romantis, yang sedang bersenda gurau. Tapi mereka salah besar. Kami tidak pacaran, tepatnya key punya pacar. Key berpacaran dengan Amerina. Mengenai Key dan Amerina aku tak tahu banyak karena Key jarang sekali bercerita tentang hubungan mereka, setahuku mereka menjalin pertemanan semenjak mereka duduk di bangku SMA, lalu mereka saling menyukai dan berpacaran, Amerina adalah gadis cantik, anggun, smart dan terlihat kalem, menurutku Amerina seperti Key versi cewek. Hanya itu yang ku tahu.

“Pulang yuk ran, nanti ketinggalan jadwal nonton Tsubatsa ” ajak Key kepadaku sekaligus mengingatkan.

“Iya, hampir lupa..ayook” jawabku sambil beranjak dari kursi. Mengikuti punggung Key yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan kedai itu. 
***

2 Tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama.

Key tersenyum simpul penuh arti dan terlihat lebih menarik dengan kemeja abu-abu bermotif kotak-kotaknya kali ini rambutnya terikat rapih.

“Ta daaaa, Happy Birth Day” Key menyodorkan sesuatu. Aku diam terpaku tak menyangka. Sebuah surprise !!

Malam itu di hari ke lima belas di bulan September, Key membuatkanku kue ulang tahun dengan motif bola dengan dominasi warna biru dan putih, seperti warna club kesukaanku, Chelsea. Lengkap dengan tulisan “Happy Birth Day Rana” diatas kepingan cokelat putih yang membuat kue itu semakin cantik dan tak lupa lilin dengan angka kembar dua-puluh-dua. 

“Jangan lupa berdoa dan make wish ya” Key tersenyum Simpul lagi. 

Aku meniup lilin angka kembar itu, dan memejamkan mata dalam dua detik membuat permohonan. Kami merayakannya hanya berdua saja. Menikmati kue tart buatan Key dan es Krim tentunya.

“Rio, belum telepon juga?” Key bertanya singkat.

Rio? Kenapa Key nanya Rio lagi sih?. Aku hanya menggeleng. Singkat cerita, Rio adalah pacarku. tepatnya seminggu yang lalu, jadi sekarang dia sudah menyandang gelar mantan pacar. Rio dan Aku bertahan pacaran hanya lima bulan saja. Kami menjalani hubungan LDR alias Long Damn Realtionship, atau pacaran jarak jauh, Akhir-akhir ini komunikasi kami mulai terasa tidak lancar. Ditambah Rio yang tidak pernah suka dengan hobiku yang menyukai sepak bola. Terkadang itu menjadi bahan pertengkararan kami. Pada akhirnya kami memutuskan hubungan secara baik-baik. Tak ada yang harus di pertahankan.

“Sudah, jangan sedih. Mungkin dia sibuk” ujarnya seraya menghiburku.

Puh, tak ada telepon pun tak masalah bagiku, lalu ku hanya diam dan menikmati es krim dan kuenya lagi.

“yang penting…” Ujar Key. Hening sejenak. Aku menunggu Key melanjutkan kalimatnya. “ Ayah dan Adik, sudah telepon” lanjutnya sambil tersenyum.

Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat lalu membalas senyumannya “Tentu saja, itu yang penting” timpalku kepadanya. Kamu juga penting Key.

Key selalu peduli dan selalu mencoba menghiburku. Seorang teman yang selalu ada untukku, diberikan surprise seperti ini adalah pertama kali dalam hidupku, ada orang lain di luar anggota keluargaku yang membuat perayaan spesial seperti ini khusus untukku hanya seorang teman seperti Key yang melakukannya. Teman? Lalu bagaimana dengan Amerina? Apakah dia melakukan hal yang sama kepadanya? 

Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba muncul di kepalaku, Mengapa aku ingin tahu detail bagaimana Key memperlakukan Amerina? Bukan kah sebelumnya aku tak pernah peduli?

“Barusan make a wish apa?” Pertanyaan Key membangunkan ku dari lamunan akibat pertanyaan–pertayaan aneh yang bermunculan dari kepalaku.

“Rahasia” Aku menjawab spontan. Lalu memasang muka jahil.

“Pelit” Key pura-pura ngambek.

“Anyway Key, thank a lot, you’re my best” Aku tersenyum. aku bahagia malam ini.

“Any time, Ran” balas Key. Tersenyum simpul.

Malam itu diumur ku yang bertambah, Aku menyadari seorang duduk dihadapanku seperti sebuah es krim yang dalam diamnya terlihat cool, dalam senyumnya terasa manis, dan dalam katanya terdengar lembut. Dia yang membuatku menyadari sesuatu itu ada, tetapi sesuatu yang tak bisa aku jelaskan, tak bisa aku hitung dengan rumus matematika, dan tak bisa aku urai seperti senyawa kimia, dan sesuatu itu tidak hanya ada, tetapi hidup dan berdetak, dan kadang membuat dada ini sesak. 
***

Segerombolan awan hitam, tak hentinya menumpahkan air kebumi, menadakan besarnya kerinduan langit pada bumi. Debu-debu yang menempel di jalanan dan gedung tua pun ikut terhanyut olehnya, membuahkan aroma tanah yang menyaingi aroma roti yang baru keluar dari pemanggangan sore itu. Kedai itu tak berubah sedikitpun, semua interiornya tetap tua di makan usia. 

Dua jam yang lalu, aku dan Key duduk bersama di kedai ini, wajahnya sudah tak sepucat dan setirus dulu, rambut nya pun tak seberantakan dan sepanjang satu tahun yang lalu, Key terlihat baik-baik saja bukan?, Namun tak ada sedikit pun senyum didalam air muka Key, Dia bersikap dingin, sedingin es krim di mangkuk dan cuaca di luar sana.

“Kenapa gak ada kabar ran?” Key menatapku serius. Nada suaranya dingin.

Aku tak sanggup memandang key, hanya tertunduk dan diam, lidah ini kelu untuk berucap memberi alasan yang sebenarnya. 

“Aku sibuk Key” Aku berbohong. “Maaf Key, aku memang keterlaluan” ucapku sekali lagi. Menahan air mata yang nyaris keluar.

Setelah mendengar kata maaf itu Key langsung mehenyakan punggungnya kesandaran kursi, seperti tak percaya hanya mendengar kata maaf dari seorang sahabat yang hanya pamitan lewat sms dan setahun kemudian tak ada kabar sedikitpun seperti menghilang di telan bumi. Aku tahu Key pasti marah hebat kepadaku, tapi semenjak perasaan ini makin menguasai, persahabatanku dengan Key terasa bias, tepatnya hanya aku yang merasa bias, aku tak kuasa lagi mempertahankan kepura-puraanku di depan Key yang selalu bersikap baik kepadaku. Karena dengan sikap Key yang seperti itu, mahluk yang bernama perasaan ini seperti di beri pupuk, dan akan terus tumbuh, walau aku susah payah memangkas nya tapi ini akan terus tumbuh tak terkendali dan akan terus membuatku merasa bahagia dan sakit dalam waktu yang bersamaan. Maka ketika kesempatan bekerja di luar kota itu datang aku tak menyiakan nya.

“Tapi kau baik-baik saja kan?” Ucap nya tenang.

Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat. Air mataku hampir jatuh. Aku tak boleh menangis di depan nya, ini hanya akan membuatnya semakin cemas. Mulutku kembali terbuka, namun tak bersuara, lalu aku mengangguk. Kembali menunduk. aku tahu perasaan Key sekarang campur aduk antara marah dan cemas namun Key selalu baik dan memaafkanku yang bertindak bodoh.

“Lalu bagaimana denganmu Key?” ucapku terbata.

Key tak menjawab, dia mentapku lekat-lekat, mungkin sikapku terlihat aneh dan membingungkan bagi Key sehingga membuat penasaran, terlihat dari raut wajahnya sepertinya ia ingin menumpahkan beribu-ribu pertanyaan atas sikapku ini. Namun Key menyerah, dia menghenyakan kembali punggungnya kesandaran kursi. Sedikit demi sedikit suasana diantara kami pun mencair, seperti es krim di mangkuk ini pun mencair.
***

Layaknya langit, aku pun sama, duduk berjam-jam disini sedang menumpahkan kerinduan pada kedai ini, kerinduan pada Es krim, kerinduan pada Key. Scene potongan kejadian di pelupuk mataku sudah habis kuputar, kini aku mengembalikan fokus pandanganku tertuju ke suatu benda di atas meja, benda yg sedikit tebal dari kertas, berwarna merah, pemberian Key dua jam yang lalu.

Entahlah sudah berapuluh kali aku membolak balik benda itu, dan entahlah lah sudah berapa kali hati ini merasa terbolak balik karena melihat isinya. Sebagai teman ini adalah kabar baik untukku, namun sebagai orang yang sedang tertimpa perasaan aneh ini adalah kabar buruk bagiku. Lalu dimana aku harus menempatkan diriku sendiri? 

Butuh setahun aku men-sinkronisasi-kan antara hati dan logika ini untuk mendapatkan jawabnya, di mangkuk es krim yang ketiga ini aku baru dapat pemahamanya, bahwa tak pernah ada yang berubah dari sikap Key kepadaku, dia selalu ada untukku, melindungiku, menyangiku sebagai sahabatnya. Aku-lah yang terlalu egois, tak mau ambil tindakan serta resiko untuk menyatakan nya dan malah pergi menghilang darinya yang hanya membuat Key terluka. 

Hujan sudah reda diluar sana, nampaknya langit sudah puas menyatakan kerinduanya pada bumi, aku lantas beranjak dari kursi kedai itu, menuju meja kasir yang tinggi, pelayan tua itu menatapku lalu tersenyum megucapkan terimakasih, aku hanya membalas senyum sekedarnya. Perasaanku masih campur aduk dan terasa sesak.

Aku melangkah gontai keluar kedai, berjalan menuju Statsiun hendak meninggalkan kota ini, dan aku berjanji, minggu depan aku kan datang lagi ke kota ini, menjadi saksi ucapan janji abadi sehidup semati antara Key dan Amerina. aku akan hadapi semuanya, lari dari kenyataan adalah tidakan bodoh, bahwasanya sejauh apapun kita pergi, tak akan pernah membantu melupakan orang yang kita sayangi, yang membantu hanyalah sikap menerima kenyataan.

Biarlah aku menelan semua pahit dan sakit nya perasaan ini Key, dan waktu yang akan mencernanya. Karena aku tahu, Rasa sakit ini hanya bersifat sementara, Karena secorong es krim akan menjadi obatnya, bukan?
-The End-

Jumat, 07 Juni 2013

Personality yang enggak seberapa

                
Nama gua Yopie Pratama Pahlevie , gua lahir dipalembang 10 november 1991 ( hari pahlawan bro ) , mungkin dari itu nama belakang gue Pahlevie kata nyokap sih arti Pahlevie itu ( pahlawan ) tapi gua bukan power rangers ataupun ultraman apalagi si pitung haha LOL , hanya orang biasa yang butuh kasih sayang dan ingin dimanja alaaayyy bangetssss XD , lanjut gua tamatan D3 Politeknik Negeri Sriwijaya dari Jurusan Teknik Mesin , anakkk mesinn coyyy ini salah satu modal utama gaet cewek, kata cewek cewek dikampus gu3 jurusan mesin cowoknya pada macho bro.*coret oli di pipi ) ahahah . tapi emang bener sih kenyatan kayak gitu mau gimana lagi. lanjut di hobi , hobi gua itu sebenernya simple sih gak terlalu sulit makan , ngegame , dan akting di kaca ahahhaha itu hobi yang 1000 tahun baru di temukan *kayak avatar aje zzz. terus walaupun gua dari jurusan teknik mesin tapi hobi gua itu suka ngarang broo apa aja ding , terus suka ngayal jugaaa maklum gratiss , terkadang ngayal yang positive ada khilafnya ngayal negative namanya juga manusia yang jauh dari kata sempurna *weisss sok bijak :D , iyaa aku suka sekali ngarang cerita gitu , lucu , romantis , sedih dan galauu pun bisa walau amatir tapi itu hobi gua . selain bercita-cita dikerja di BUMN terkadang di pikiran gua terbesit pengen jadi sutradara coyyy meskipun jauh dari jurusan aku sebelumnya tapi aku berkeinginan walaupun gak sampe jadi sutradara terkenal seperti mas Hanung bramantiyo, Rudy Soejarwo, Riri Riza dan masih banyak lagi yang lain. nah walaupun aku gak bisa seperti mereka tapi setidaknya aku mampu menuangkan ide ide amatir yang aku punya dan mengambil karakter-karakter seperti mereka hehehehheh *ya allah tolong aim ya allah :p, nah untuk penulis gua paling ngefans sama abang raditiya dika meskipun tampangnya gak keren dan masih keren guaaaa tapi dia lebih imposibble human *apa coba* tapi aku interesting banget sama karya karya bang radit , semua novel yang dia ceritain itu real dan memang kehidupan banget gua salut sama perjuangan bang radit dan setiap dia stand up yang paling gua demen dia bahas naga indosiar parahhh ngakak habiss guaa ahahahhh , tapi meskipun gua ngefans sama bang radit gua bukan homo ataupun metrosexual , gua normal sexual bro yang masih demen sama body ceweeeek *mulai porno* aitssssssss lanjut biar gak jerumus ke maksiatan ahahahah

oh ya lupaa tujuan gua bikin blog ini mau share hobi hobi guaa ketemen temen , ya share tentang cerpen atau pun novel insyaa allah kalau tuhan mengizinkan , tapi aku harap karya-karya jangan jadi bahan copas aja sih hargain kreatifitas anak muda indonesia bro , boleh sih copas asal kasih nama tempat asal kalian copasss.  yaudah deh itu aja personal sedikit guaaaaa , tungguu selanjutnya karya yaaaaaa bye o:)

Cinta sesorang ibu dan Keegoisan sang anak

******




       Pada suatu malam hari yang gerimis si ibu sedang mengumpulkan sedikit demi sedikit batang lidi untuk dia kumpulkan menjadi sapu lidi yang harus dijualnya untuk menghidupi anaknya yang  bungsu meskipun kondisi kesehatan sang ibu sedang tidak baik. dimana rumah yang beratapan seng yang bocor dan beralasan tanah yang jauh dari kata nyaman di tempati. Sang ibu itu bernama Lestari , ibu Lestari sehari – hari berprofesi sebagai tukang sapu lidi keliling dan kadang juga mencari pekerjaan serabutan, di usia yang tidak lagi mudah dia harus menanggung kehidupan sang anak, dikarenakan  suaminya sudah meninggal 10 tahun yang lalu dikarenakan penyakit kanker paru paru basah yang diderita suaminya tersebut. Ibu lestari mempunyai mempunyai 3 orang anak 2 laki –laki dan 1 perempuan , 2 orang laki-laki ini sudah mempunyai keluarga , dan berkat kerja keras sang ibu ini mereka mampu menjadi insinyur sehingga bisa menjadi orang berhasil dan yang perempuan masih duduk di bangku SMA. Tetapi dari ke 3 anak yang dimiliki ibu lestari tidak ada mempunyai sopan santun atau pun itikad baik kepada orang tuanya mereka semua seperti mengabaikan kondisi sang ibu, terlebih kedua anak laki-lakinya yang sudah berhasil tersebut jarang sekali bekunjung ke rumah sang ibu untuk sekedar menjenguk kondisi sang ibu yang sedang sakit , dalam saudara pun mereka tidak ada yang akur selalu selisih paham dan ingin menang sendiri . sementara sang bungsu yang perempuan bernama Larasti mempunyai watak yang keras kepala, pendendam , dan egois. Pada waktu seketika sang ibu sedang tidur dengan nyenyak dikarenakan kecapekan seharian berjualan,.

Si anak tiba-tiba membangunkan ibu dengan keras : “ ibuuuukk ! bangunnn buk tidurr aja , tuh ada tukang kredit motor mereka nagih uang motor ! “,   

Ibu bangun dengan keadaan batuk-batuk : “iya nak pelan pelan bangunin ibu, ibu lagi enggak enak badan” kata sang ibu”. 

Jawab sang anak :“ udah cepetan , nungguin tuh didepan tukang kredit, nanti diambil lagi nih motor ke dealer masak aku harus jalan kaki sih kan gk bangett “. 

Si ibu langsung bergegas ke depan untuk menemui si tukang kredit motor 

Ibu Menjawab : “ Maaf pak untuk bulan ini kami belum bisa bayar uang cicilan motornya, saya sedang sakit uangnya untuk saya belikan obat sementara jualan saya lagi sepi pak “

Tukang kredit menjawab : “ Aduhh gimana buk ini udah batasan waktu bayarnya aku tidak enak sama atasan saya” keluh  tukang kredit. 

Ibu menjawab : “ iya pak tapi saat ini saya bener-bener tidak punya uang sepeser pun untuk membayar” sambil ibu terbatuk batuk. 

Dengan rasa kasihan oleh si tukang kredit motor : “baiklah buk saya beri waktu ibu satu minggu unuk membayar tagihannya, tapi bila lewat satu minggu saya mohon maaf motornya saya tarik kembali ke dealer”. Keluh sang tukang kredit.

Ibu dengan sedikit tenang : “ iya pak terima kasih saya akan berusaha untuk nyari uang cicilannya , sekali lagi saya terima kasih pak””. 

          Dengan keadaan batuk ibu lestari berfikir bagaimana cara mengumpulkan uang dalam waktu seminggu, dia pun menangis memikirkannya dalam kondisi yang serba susah , tiba-tiba dia teringat kepada suaminya didalam hati dia bertanya dan menangis seakan dia tidak kuat lagi menahan masalah kehidupan yang dia jalani sendiri sementara kedua anaknya yang telah berhasil tidak lagi memperdulikan nasib ibunya, terkadang ibu lestari juga sangat rindu kepada kedua anak laki-lakinya yang dia punya hanyalah kenangan foto lama ketika mereka masih kecil sambil meratapi foto tersebut,

 ibu lestari berdoa : “ya ALLAH lindungi anak hamba yang aku cintai ini dari segala perbuatan tercela , maksiat , berikan dia selalu jalan lurusmu ya ALLAH berikan mereka hidayahmu , demi allah aku merindukan anaku ya ALLAH”.

            Sambil menangis tersedu ibu lestari memeluk erat foto yang tampah lesuh itu. Keesokan harinya ibu lestari tampak bangun pagi sekali pukul 03.00 wib dia sudah keluar untuk menjajaki dagangan ke pasar , ke warung-warung , dan kerumah-rumah . siang hari pun telah datang terik panas cahaya matahari yang menyengat langsung ke kulit ibu lestari yang sudah rentah tapi dia tetap gigih dia berjalan meskipun tak beralaskan sendal panasnya aspal seolah dia tidak perduli, sambil terbatuk menggendong sapu lidi yang berat dengan usia yg sudah tidak mudah lagi dia keliling dari rumah kerumah, demi menghidupi seorang anaknya dia rela berjalan mengelilingi kota-kota besar, walaupun sapu lidi sudah tidak dianggap alat tradisional dikota-kota sekarang , tetapi dia tidak patah arang karena dia lah tulang punggung untuk anaknya dan juga seorang ibu rumah tangga juga.

            Sementara itu sang anak Larasati di sekolah dia hanya bermain menghamburkan uang bersama teman-temannya, melakukan hal yang tidak berguna seperti pacaran yang sangat berlebihan, bolos sekolah pergi ke mall, dan  tidak jelas arahnya sementara dia sudah kelas 3 dan bersiap untuk menghadapi UN. Namun apa larasati tidak pernah sadar dengan kondisi keuangan yang pas-pasan sementara ibunya yang sedang sakit, dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Karena sering bolos sekolah dia dipanggil oleh pihak guru karena sudah mendapatkan surat SP3. Akhirnya surat panggilan itu sampai juga ditangan ibu Lestari.

dengan rasa shock dan panik ibu memanggil larasati : ”nakkk apaa inii? Kamu sering boloss yah”’, tanya sang ibu .

Laras dengan muka sedikit cemas dan panik : “ahhhh enggak bukk !! aku masuk terus salah aja tuh guruu yang nyatet absen akuu”, bentak laras.

Ibu menjawab : “ini apa buktinya nakk, enggak mungkinlah pihak sekolah salah, nak kondisi keluaraga kita sedang sulit, kredit motor kamu belum dibayar, kondisi ibu sekarang sedang sakit-sakit mana 2 hari lagi mau bayar cicilan ibu belum dapet uangnya nak tolong ngerti kondisi ibu nakk “,sambil batuk ibu lestari berpesan.

Laras dengan muka masam dan marah : ”laahhh it urusann ibu dong kenapa harus aku yang nanggung pokoknya aku gak mau yang namanya jalan kaki !! soal panggilan sekolah aku gak tau ibu yang dipanggil itu siapa, udah aku bilang pihak sekolah itu salah kagak percaya banget sihh, ya sudah aku capek pulang sekolah diomeli kagak jelas aku mau tidur !! “. Dengan muka marah laras langsung pergi.

Si ibu hanya menangis dan berdoa sambil terbatuk-batuk dengan masalah yang dia hadapi sekarang. Keesokan harinya si tukang kredit motor menagih janji ibu lestari yang sudah jatuh tempo pada hari ini.

Sapa si tukang kredit : “assalamualaikumm , buk , buk lestariiii””. Sang ibu yang sudah 2 hari tidak berjualan akibat kondisinya semakin parah berjalan dengan tertatih ke depan.

Dengan suara payau ibu menjawab : “walaikumsalam, iya silahkan masuk pak”, jawab ibu lestari.

Tanpa basa basi bapak itu berbicara : “ gini buk , sesuai perjanjian kan pada tanggal ini sudah jatuh tempo atas pembayaran sekaligus denda nya , apakah ibu sudah bisa melunasinya?” tanya bapak tukang kredit motor.

Ibu menjawab dengan terbata : “maaf pak , saya belum bisa membayarnya  uang saya belum cukup untuk membayar cicilan ini, saya mohon pak beri tempo pembayaran lagi, kasihan anak saya pak untuk dia sekolah, saya janji akan cepat melunasinya ”” dengan wajah memelas sang ibu.

Bapak itu menjawab : ”maaf buk saya tidak bisa memberi tempo lagi, ini sudah prosedur dari kantor saya, kalo tidak bisa maka hari ini motor ibu akan saya tarik. Ibu bisa mengambilnya kembali setelah melunasinya sistem pembayarannya.””.

 ibu : “tapiii pakk beri saya waktu saya akan melunasinya kasihan anak saya, saya mohon pakkk.” Pinta sang ibu.

Bapak : ”maaf buk saya tidak bisa , oh iya buk motornya dimana buk?, saya mau membawanya ke dealer””, pintanya.

Ibu : “saya mohon pakk , motor masih dipakek anak saya sekolah pak, pak mohon keikhlasan bapakkk”. Setelah berargumentasi dengan meminta belas kasihan.

*****
 Si laras pulang dari sekolah dan sedikit terkejut adanya perdebatan dirumah.

 Laras : “ada apa ini ribut-ribut??”, tanyanya.

Bapak : "gini dek ibu mu tidak bisa membayar uang cicilan motor, jadi hari ini motornya saya ambil””, paksa sang bapak.

 Laras : “ tidak bisa kayak gitu dong pak, ibu saya bisa kok bayar hari ini, iya kan bukkk?””, tanya laras ke ibunya.

 Ibu :“ maaf nak ibu tidak punya cukup uang untuk membayarnya, ibuu mohon laras ikhlass yahh, nanti kalo ada uang nanti ibu bayarr yahh”, tangis sang ibu.

Dengan muka marah laras : “aaahhhh kenapa sih gua dilahirin sama keluarga susah kayak loe !!! ,selalu susah gk pernah mikirin kebahagian anaknya, saya juga kepingin bahagia kayak temen””, bentak laras.

 Dengan ikhlas motor tersebut diambil oleh bapak tersebut. Ibu dengan menangis menjawab :” ibu janji nakkk ibu akan lunasi biaya cicilannya, laras bisa pakek motor lagi kok, tapi laras harus sabar yah””, dengan terbatuk batuk ibu memberi nasihat.

Tetapi laras dengan penuh egois dan marah : “sabaaaar sabarrr muluuu emang kenyang makan sabar, emang sabar bisa gua bahagia kayakk temenn aku , hah? Jawab buuukk !!””.  sang ibu hanya bisa diam sembari pergi untuk mengambil air wudhu untuk solat dan menenangkan dirinya.


          Sementara itu laras dengan masih emosi pergi entah kemana dengan teman-temannya untuk menghilangkan stress , dia mabuk-mabukan, merokok, dan perbuatan yang tidak pantas untuk dilakukan seorang perempuan. Dia tidak pernah sadar bagaimana sang ibu mencari uang begitu susahnya sampai banting tulang meskipun kondisi ibu sakit berat. Ibu Lestari pun cemas mencari anaknya yang sudah larut malam tidak pulang dan sambil menunggu sang ibu lestari terus berfikir bagaimana untuk mendapatkan uang lebih, akhirnya ibu bertekad bekerja sampai malam hari, walaupun kondisinya semakin parah.

           Setiap malam ibu menjajakan sapu lidinya meskipun sepi pembeli sang ibu tetap giat karena dia adalah  tulang punggung keluarga, angin malam yang sangat dingin menusuk kedalam tulang yang rentah tetapi dia tak pantang menyerah walaupun batuknya semakin parah dan jalannya semakin tidak kuat lagi, seketika dia duduk untuk istirahat menahan haus karena hanya 3 batang sapu lidi yang terjual, tetapi tetap dia kerjakan hari demi hari tanpa kenal rasa lelah. Sehingga kejadian yang mungkin tidak ingin diterima ibu lestari menimpanya ,ketika dia sedang menjual sapu lidi dimalam hari dengan keadaan berjalan membungkuk karena keadaan ibu sudah benar tidak kuat lagi, tiba-tiba ada mobil sedan dari belakang dengan laju yang sangat kencang, dikarenakan supirnya sedang mabuk menghantam tubuh ibu lestari dengan keras, sehingga tubuh rentah itu terpental ke jalan, sementara sang pengemudi dengan panik langsung kabur begitu saja, beruntunglah warga setempat langsung memberikan pertolongan kepada ibu Lestari yang sudah berceceran darah untuk dibawah rumah sakit.

          Ibu Lestari pun diantarkan kerumah sakit dengan keadaan setengah sadar, sementara itu si anak Larasati tidak tahu keberadaan sang ibu berada dirumah sakit, dia sudah 2 hari tidak pulang kerumah. Kondisi ibu pun semakin parah akibat hantaman keras dikakinya, sang ibu harus koma selama 2 hari. Sementara itu Laras terkejut mendapatkan kabar dari tetangganya bahwa ibunya masuk rumah sakit dan belum sadarkan diri, laras pun langsung menjenguk sang ibu dengan muka menangis dan rasa menyesal dia berlari untuk bertemu ibu, sesampainya dirumah sakit dia langsung terkejut melihat kondisi ibu seperti itu, dia menangis dan menyesal bahwa apa yang dia lakukan selama ini salah. Dia terus menciumi tangan ibunya berharap ibunya segera sadar, tetapi tiba-tiba dokter masuk dan mengasih kabar bahwa kaki ibu lestari harus diamputasi karena sistem sarafnya sudah tidak berfungsi lagi.

Laras dengan muka yang sangat kecewa terus menangis, dia sangat menyesal : “ibuuuuu banguuunn ibuu maafin larass, maafin, larass nyesel , larass salahh, larass durhaka samaa ibuuuu, ibuuuuuuuu banguuunnn !!,”” dengan menjerit menangis.

Sang ibu belum bangun dari komanya, Laras pun berinisiatif langsung menelpon kakaknya yang tidak tahu bahwa ibunya sedang mengalami musibah. Setelah Laras memberitahu kedua kakaknya tidak lama kemudian kakaknya pun datang dengan shock dan memarahi Laras. Kakaknya pun meminta Laras menceritakan apa yang terjadi, setelah mendengarkan cerita dari Laras , Rahman kakak pertama sedikit shock dia terkejut mendengar cerita tersebut, dia menceritakan bahwa dia pernah menabrak seseorang dalam keadaan mabuk di jalan pada waktu malam hari tetapi dia kabur karena takut menjadi amukan masa, setelah mendengar semua penjelasan dari Laras. Rahman pun sangat menyesal dia menangis bahwa yang dia tabrak waktu itu adalah ibunya sendiri , dia pun terus memeluk kencang ibu Lestari, ibu yang sudah membesarkan dirinya, ibu yang dia tabrak dan tidak mempunyai kedua kakinya lagi sehingga harus di amputasi oleh dokter dikarenakan sistem saraf yang sudah mati.

       Setelah satu bulan ibu lestari koma barulah dia sadar, dia terkejut melihat dan tidak dapat merasakan lagi  bagian pada kakinya, dan ibu Lestari lebih shock lagi ketika melihat kedua anak laki-lakinya berada tepat disampingnya sambil menangis , kedua anak laki laki tersebut memeluk ibunya dengan erat, mereka pun menangis, mereka meminta maaf kepada ibu. Terlebih Rahman dia sangat menyesal dia menceritakan kejadian yang dia lakukan kepada ibunya tersebut. Karena dialah ibu harus kehilangan kedua kakinya,

tetatpi ibu lestari tersenyum memaafkannya dan dia berkata : ”aku lebih baik kehilangan kedua kaki ku daripada aku harus kehilangan separuh hidupku yaitu kalian, anak-anaku, darah dagingku, permata hidupku”, sambil menangis ibu memeluk ke 3 anaknya tersebut.


Akhirnya mereka pun sadar dan merasa bersalah atas apa yang dia lakukan selama ini. mereka pun bergantian menjaga dan merawat ibunya, dan tak ada lagi namanya perselisihan diantara mereka. Sebulan mereka merawat ibu Lestari tetapi kondisi ibu semakin parah, dibawalah ibu Lestari oleh Rahman anak pertamanya ke rumah sakit, dan dokter pun memvonis ibu Lestari terkena kanker paru-paru basah, kondisi ibu semakin lemah dokter pun mevonis bahwa nyawa ibu Lestari tidak akan lama lagi. Mereka semakin menyesal mereka tidak bisa membahagiakan ibunya , mereka tidak bisa membalas apa yang ibu Lestari berikan terhadap anak-anaknya.

Tiba-tiba ibu lestari bangun dan memanggil rahman anak pertamanya, dengan suara gemetar ibu memanggil rahman : “nakkkkk, ibu pesen sama kamu, kamukan anak pertama jaga baik adik-adikmu jangan sampai salah jalan, kasih bimbingan yang baik ya nakk, sekarang waktunya ibu akan istirahat, ibu udah tidak kuat lagi, mungkin ibu akan istirahat kayak ayahmu, tolong yah tempati istirahat ibu deket ayahmuu, ibuu kangen sekali dengan ayahmuu”, sambil terengah-engah dan memegang erat tangan Rahman.

Ibu Lestari pun akhirnya mengeluarkan nafas terakhirnya , Rahman hanya diam dan menangis, Ia langsung memeluk ibunya tersebut seakan tidak percaya secepat itu dia merasakan kebersamaan selama ini dengan ibu, ibu yang kehilangan kedua kakinya  yang masih bisa tegar dan memaafkan kesalahan anaknya.

Akhirnya ibu Lestari dimakamkan disamping rumah berdekatan dengan sang ayah yang telah meninggalkan mereka 10 tahun yang lalu.

-THE END-